http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

Wednesday, May 25, 2016

BMKG Gandeng NOAA-USA Perkuat SDM Pelayanan Iklim


Manado, 13/5 (AntaraSulut) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggandeng National Oceanic and Admospheric Administration (NOAA-USA) untuk memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kelautan untuk meningkatkan pelayanan iklim.

"Workshop ini sudah tahun ke-11 kita lakukan dengan harapan mampu meningkatkan kualitas SDM di Indonesia khususnya di Manado juga dalam pelayanan iklim dengan memanfaatkan observasi laut," kata Kepala BMKG Dr Andi Eka Sakya di Manado, Jumat.

Dia mengatakan kegiatan workshop internasional iklim maritim ini merupakan bagian dari rangkaian implementasi kerjasama antara BMKG dan NOAA yang telah ditandatangani pada tanggal 16 Januari 2016.

Kegiatan ini akan berlangsung selama lima hari dari tanggal 13-17 Mei 2016 dengan melibatkan 30 orang peserta dan universitas perwakilan dan stasiun BMKG di berbagai daerah.

"Kami memilih Manado sebagai tempat pertemuan ke-11 kali ini, karena daerah ini sangat unik dengan wilayah laut yang sangat menarik apalagi menjadi salah satu tempat segitiga terumbu karang yang telah digagas sejak 2009 dalam World Ocean Conference (WOC)," jelasnya.

Dia menjelaskan sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, wilayah Indonesia menjadi salah satu pusat kendali sistem iklim dunia.

Untuk mengantisipasi atau menekan dampak yang ditimbulkan fenomena kelautan dengan meprediksi fenomena El Nino Souther Oscillation (ENSO).

Workshop yang akan berlangsung hingga 17 Mei mendatang itu menghadirkan pembicara dari NOAA/OCO Dr Sidney Thurston, Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado Revol Gerung, dan Kepala BMKG Dr Andi Eka Sakya.***1***Budi Suyanto


Sumber : http://www.antarasulut.com/berita/29911/bmkg-gandeng-noaa-usa-perkuat-sdm-pelayanan-iklim , Pewarta: Editor: Guido Merung , Jumat, 13 Mei 2016 17:00 WIB



Tuesday, May 24, 2016

Media Massa Jadi Tempat Informasi BMKG


Pekanbaru, (Analisa). Media massa baik dari media cetak, elektronik dan media online, masih men­­­jadi media informasi bagi ma­syarakat untuk mengetahui situasi ter­kini. Ter­masuk untuk sosialisasi Ba­dan Meteo­rologi Klimatologi dan Geo­fisika (BM­KG), kepada masyara­kat dalam me­ma­hami kondisi alam yang terjadi.
Hal tersebut disampaikan Kepala BM­KG Pusat, Andi Eka Sakya, dalam sosia­lisasi untuk menjalin sinergitas dalam mengedukasi ma­syarakat teru­tama media massa dalam memahami bidang me­teo­rologi, kli­matologi dan geofisika.
"Media massa masih men­jadi anda­lan  BMKG untuk informasi prediksi iklim dan cuaca agar dapat dipahami oleh masyarakat. Sehingga tidak me­nimbulkan banyak per­sepsi," ujar Andi Eka, Selasa (10/5), di Hotel Aryaduta Pekanbaru.
Dijelaskannya, banyak persepsi dari masyarakat tentang informasi tentang cuaca dan iklim di wilayah masing-ma­­sing. Termasuk di Riau dengan kon­disi musim panas dan hujan. Dimana pada musim panas ada prediksi tentang hotspot (titik api).
"Begitu ada titik api, akan ada sensor yang mem­bagi-bagi kolerasi itu dengan derajat tertinggi. Kalau setingkat 80 persen bisa diduga terjadi kebakaran. Dan ini dilihat melalui Satelit Terra dan Aqua, dengan membedakan ting­kat tem­peraturnya," je­lasnya.
Sementara itu, Plt Gu­bernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, ker­jasama Pemerintah Provinsi Riau bersama BMKG telah berjalan dengan baik. Te­rutama dalam menangani ke­bakaran lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Riau.
"Di Riau ini ada sebanyak 170 ti­tik monitor melalui BMKG, yang sangat mem­bantu kerja tim dalam me­­nangani kebakaran di wilayah Riau.
Melalui so­­sialisasi ini diharap­kan akan lebih baik lagi ker­jasama ini," kata Plt Gubri.
Bagi media sendiri kata Plt Gubri, bisa memberikan informasi kepada ma­sya­rakat, lebih baik lagi dalam bahasa BMKG. Sehingga masyarakat akan men­­dapatkan in­for­masi lebih jernih lagi, terhadap kerja yang telah dilakukan BM­KG di Provinsi Riau ini. (pbn)



Plt Gubernur Riau Beserta Forkopimda Hadiri Sosialisasi BMKG


Sigapnews.co.id | Pekanbaru - Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika mengadakan sosialisasi kepada Media Massa dan Stake Holder, bertempat di Ball Room Hotel Aryaduta, Selasa pagi (10/5/2016).

Sosialisasi in dihadiri Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman, Kapolda Riau Brigjen Pol Drs. Supriyanto, Danrem 031 Wirabima Brigjen TNI Nurendi, Kepala BMKG RI DR. Andi Eka Sakya, M.Eng, Kepala Stasiun BMKG Riau Sugarin, Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo serta awak media.

"Provinsi Riau punya satu persepsi ilmu yang ada di BMKG terutama mengenai komunikasi. Masyarakat mendapat informasi yang akurat terhadap informasi Kimatologi dan Geofisika yang ada di Riau," ungkap Plt. Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman.

"Faktor iklim Elnino di indonesia 2015 berpengaruh dalam perubahan musim. Di lautan cina terjadi juga perubahan ikim positif dan negatif berpengaruh terhadap kebakaran hutan yang terjadi di indonesia," ujar Kepala BMKG RI DR. Andi Eka Sakya, M.Eng.

Faktor geologis di Indonesia 40 % Wilayah di Indonesia berdampak pada bencana gempa bumi dan terjadinya tsunami. Perubahan iklim yang ada di Indonesia lebih panjang periode musim panas ketimbang musim hujan.

sementara intensitas hujan yang turun banyak di karenakan jangka pendeknya perubahan  iklim tersebut. Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) Tsunami, Cuaca Ekstrim dan Iklim Ekstrim.


"Diharapkan informasi cuaca yang didapat oleh BMKG bisa di informasikan secara cepat dan akurat kepada masyarakat melalui media massa yang ada di Riau," tambah Kepala BMKG RI. (Salim/Vk/tbc)






Andi Eka Sakya Ungkapkan Tantangan Terbesar BMKG




Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya memaparkan tantangan terberat lembaga pemerintah non-departemen yang berfokus menyediakan prakiraan cuara dan pengamatan iklim ini.

Kepada Aulia Bintang Pratama dari CNN Indonesia.com, Andi berbincang tentang jabatan, pekerjaan, waktu senggang, dan tantangan BMKG dalam memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dari seluruh penjuru Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:

Bagimana awal karir Bapak hingga menjabat sebagai Kepala BMKG?

Dulu [saya] peneliti teknik penerbangan di Serpong, namanya Laboratorium Terowongan Angin. [Kerjanya] mengecek bagaimana karakteristik take off dan landing, apakah ada terjadi sesuatu atau tidak. Sebetulnya itu pekerjaan saya yang utama selama 15 tahun.

Lalu Saya ditugaskan di Menristek, di sana bekerja lebih banyak sebagai birokrat, menata kelolakan penelitian di Indonesia.

Setelah itu dipindahtugaskan jadi Sekretaris Utama [BMKG] dan sekarang diberi tugas menjadi Kepala BMKG. 

Bagaimana cara Bapak menghabiskan waktu senggang? 

Terus terang saja, saya dulu suka tenis. Tapi sekarang sudah tidak, tak bisa melakukannya. Bukan karena tak ada waktu, tapi karena osteoporosis.

Ada cita-cita Bapak yang belum tercapai?

Sebetulnya sudah ya, saya dulu memang kepingin menjadi peneliti. Saya [ingin] bekerja di depan layar yang besar dan bisa ngatur berbagai hal: saya lihat, saya bisa ubah sana-sini. 

Saya membuat dari belum ada sampai menjadi ada. Sudah semua lah, tinggal dinikmati saja. Alhamdulillah, saya diberi tambahan amanah, disyukuri saja.

Suka duka jadi kepala BMKG dan tantangan terbesar?

Sukanya, sih senang ya, kalau dulu di lab saya itu bekerja tak lebih dengan 100 orang. Dan itu kami lakukan bersama-sama, tak bisa hanya sendiri. Jadi kami kompak sekali.

Saya bersyukur kemudian di BMKG ini ternyata saudara saya lebih dari 4.000, tepatnya 4882 orang. Ya, itu sodara semua. 

Beratnya adalah bagaimana mengajak mereka hadapi tantangan ke depan. Ini tantangannya besar sekali. Tantangan di Indonesia besar, beda dengan negara lain. Kita di khatulistiwa.

Kalau di tempat lain, di Jepang, ada JMA [Japan Meteorological Agency] yang kebetulan menyatukan Map Claim permasalahan iklim yang tak terlalu berat tapi juga geofisika. Tapi di Tiongkok, dipisahkan antara China Meteorogical Administration dengan China Earthquake Adiminstration, jarang ada badan seperti ini di Indonesia.

Diberi tugas dengan pegawai begitu banyak, dan tantangan ke depannya sangat menarik sekali, karena perkembangan teknologi ini cepat sekali. Di sana ada big data, crowd sourcing, sosial media yang sekarang harus diimplementasikan untuk menjawab tantangan masyarakat kita.

Masyarakat kita ini berkembang kebutuhannya dengan begitu cepat juga. Jadi kalau misalnya BMKG berikan prakiraan hujan di Jakarta saja, masyarakat sekarang tidak mau. Harus Jakarta pusat, Selatan, Utara, Timur, Barat. Jika dijawab, maka mereka akan bertanya Jakarta Selatan, Kebayoran, Pondok Indah, Senopati? Jika dibilang Pondok Indah, mereka masih bertanya lagi, 'jam berapa ya?'"

Bahkan mereka bertanya lebat atau tidak, berapa milimeter, prakiraan banjirnya ada atau tidak. Jadi masyarakat tambah pinter, bahkan mereka merasa seharusnya sudah tidak bertanya, di gadget harusnya ada.

Nah itu seharusnya diterjemahkan dalam bentuk pelayanan kita. Dan jgn lupa, [BMKG] ini bukan hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia, dan setiap turis yang datang ke Indonesia pengennya persis seperti di rumahnya, informasi harus didapat di tv.

Mereka tanya, jika mau menyeberang dari Sorong ke Raja Ampat, gelombangnya berapa. Bayangkan di tempat kita, di Wakatobi, misalnya, [informasi] itu harus dikirimkan ke sana. Jadi kami punya moto: cepat, tepat, akurat. luas cakupannya, karena Sabang sampai Merauke, dan dipahami.

Untuk itu, teknologi mungkin masih bisa jawab. Tapi [yang perlu] dipahami adalah bagaimana membuat informasi ini, seperti di luar negeri dengan standar global. Jadi kita harus gunakan common alert protocol, sebuah standar yang bisa diterima seluruh orang di seluruh dunia, kalau kita mau berikan [tanda] merah ya merah.

Nah, ini tantangan [kita] semua, terlebih lagi ini tak mencakup hanya di Jakarta, karena di Papua juga harus ada. Yang jadi tantangan adalah bagaimana menciptakan semua itu.(ama)



Sumber : http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160430221117-75-127761/andi-eka-sakya-ungkapkan-tantangan-terbesar-bmkg/ , , CNN Indonesia , Minggu, 01/05/2016 05:25 WIB



Thursday, May 19, 2016

Indonesia Suarakan Implementasi Agenda 2030 pada Sidang Regional PBB Asia Pasifik




SIDANG Komisi ke-72 United Nations Economic and Social Comission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) telah berlangsung sejak Minggu (15/5) dan berakhir pada hari ini, Kamis (19/5) di Bangkok. Tema sidang tahun ini adalah “Science, technolgy and innovation for sustainable development”.
Sidang telah mengesahkan 12 resolusi yang digunakan untuk memberikan arahan dan kebijakan strategis bagi program kerja UN-ESCAP ke depan.
Indonesia juga menyampaikan resolusi terkait penguatan dan perubahan statuta “Centre for Alleviataion of Poverty through Sustainable Agriculture” yang merupakan Pusat kajian pengentasan kemiskinan melalui pertanian untuk Asia dan Pasifik yang berlokasi di Bogor.Sidang dihadiri wakil-wakil dari Pemerintah negara-negara Asia dan Pasifik, organisasi internasional dan lembaga terkait lainnya.
Delegasi Indonesia yang dipimpin Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menyampaikan pidatonya dengan menegaskan bahwa 2016 merupakan tahun awal untuk mengimplementasikan kesepakatan dunia yang tertuang dalam Agenda 2030 untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Selain itu, Kepala BMKG juga menegaskan pentingnya permbangunan serta pengembangan ilmu dan teknologi dalam pencapaian tujuan SDGs, terutama dalam konteks nasional.
SDGs memiliki 17 tujuan utama dan 169 target guna pencapaian tujuan-tujuan pembangunan hingga 2030 dan juga untuk meneruskan tujuan pembangunan setelah berakhirnya Millenium Development Goals (MDGs) 2015.
Komitmen Indonesia ini melanjutkan usaha pencapaian pembangunan berkelanjutan yang ditegaskan Kepala BMKG pada Sidang UN-ESCAP dalam pidatonya, termasuk rencana pembentukan Sekretariat Nasional untuk mengimplementasikan SDGs dengan peraturan terkait.
Di sela sidang Komisi ini, Kepala Badan BMKG menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) antara BMKG dan UN-ESCAP, yang pada dasarnya menjadikan BMKG menjadi Pusat Regional kawasan Asia Pasifik untuk peningkatan kapasitas pemantauan resiko dan peringatan dini bencana alam dalam kaitan perubahan iklim dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan.
Dengan penandatanganan MoA ini, Pemerintah Jepang telah menyediakan dana sebagai bentuk kerja sama triangular antara Indonesia, Jepang dan UN-ESCAP.
Staf Khusus Menteri Perhubungan, Duta Besar Dewa Made Juniarta Sastrawan yang juga merupakan Alternate Ketua Delegasi Indonesia pada sidang Komisi tahun ini juga mengadakan pertemuan Bilateral dengan Executive Secretary UN-ESCAP Shamsad Akhar.
Duta Besar Made Sastrawan dan Shamsad Akhtar membahas perlunya kerja sama antara Indonesia dan UN-ESCAP dalam mengembangkan peningkatan kapasitas bagi negara-negara Asia dan Pasifik khususnya dalam penanganan transportasi dan interkonektifitas.
Dalam kesempatan pertemuan bilateral tersebut Dubes Made Sastrawan juga menginformasikan Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Transportasi dalam kerangka Asia Europe Meeting (ASEM).
Selain itu, pertemuan tersebut juga digunakan untuk membicarakan mengenai lembaga Centre for Alleviation of Poverty through Sustainable Agriculture (CAPSA) yang berpusat di Bogor, Indonesia dan usaha untuk meningkatkan peran Pemerintah Indonesia pada CAPSA.
Di samping itu, Kepala Badan BMKG juga menjadi pembicara utama pada dua side-eventsecara terpisah di sela sidang, yaitu “Building Regional Tsunami Awareness” yang diorganisir oleh Pemerintah Jepang, dan “Transforming Adversity into Disaster and Climate Resilience” oleh Pemerintah Fiji.
Pada dasarnya, Indonesia diakui telah memiliki banyak pengalaman dan kemampuan dalam mendeteksi melalui sistem peringatan dini (early warning system) terhadap berbagai bencana alam.
Kontribusi dan peran Indonesia dalam hal pengembangan kapasitas untuk regional Asia dan Pasifik juga diakui sebagai bentuk dalam kerangka kerjasama selatan-selatan, termasuk bantuan konkrit dari Pemerintah Indonesia kepada Fiji dalam recovery phase terhadap penanganan bencana Cyclone Winston yang menimpa Kepulauan Fiji pada Februari 2016 lalu.
Delegasi RI pada Sidang Komisi ke-72 ini diwakili oleh pejabat dari BMKG, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Bangkok. (RO/OL-3)