http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

http://www.andiekasakya.blogspot.com/

Wednesday, December 23, 2015

Kuliah Umum Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng "Perubahan Iklim: Kendala atau Tantangan bagi Indonesia 2025"


Dalam rangka memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2015, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian bekerjasama dengan beberapa instansi selalu mengadakan berbagai kegiatan tiap tahunnya. Untuk tahun 2015 kegiatan terdiri dari seminar, seremonial peringatan hari bumi, kuliah umum, olimpiade geografi dan geosains dan olahraga sepeda. 


Pada puncak peringatan tanggal 22 April 2015, dalam sambutannya Ketua Panitia Hari Bumi 2015 Dr. Syamsul Bahri, M.Eng menyampaikan bahwa serangkaian kegiatan selalu diadakan oleh FITB tiap tahunnya dalam rangka memperingati hari bumi dengan tujuan untuk mengajak masyarakat berkontribusi menjaga bumi dari ancaman kerusakan yang semakin serius. Sambutan kemudian disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni dan Komunikasi Dr.Miming Miharja, ST,M.Sc.Eng mewakili Rektor yang tidak bisa hadir. Beliau menyampaikan bahwa ITB memberi perhatian penting dalam menjaga kelestarian bumi.


Acara kemudian dilanjutkan dengan Kuliah Umum yang menghadirkan Kepala BIG (Badan Informasi Geospasial) Dr. Priyadi Kardono, M.Sc dengan judul "Peranan Informasi Geospasial Mendukung Pengelolaan Sumberdaya Alam" Mulai Pukul 09.30 s.d 11.30 WIB. Kemudian pada Pukul 13.00 s.d 15.00 WIB dilanjutkan Kuliah Umum kerjasama Program Studi Sains Kebumian FITB ITB dengan BMKG menghadirkan Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng dengan judul "Perubahan Iklim: Kendala atau Tantangan bagi Indonesia 2025".


Pada tanggal 24-25 April 2015 diselenggarakan Olimpiade Geografi dan Geosains ITB 2015 tingkat nasional yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Kemudian kegiatan lainnya adalah Gowes Bareng Hari Bumi pada tanggal 02 Mei 2015 dengan menempuh rute G.Kasur, Bandung Barat sampai ke Maribaya, Kab Bandung.






Tuesday, December 22, 2015

PESAN LAYANAN MASYARAKAT BMKG


Pesan Layanan Masyarakat BMKG :


Indonesia terletak dikawasan tropis;
Tanah subur kaya akan Sumber Daya Alam;
Namun, memiliki potensi bencana alam yang tidak bisa kita hindari;
Mari kenali Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi;.

Kami BMKG siap sedia memberikan layanan informasi Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi;
Dari unit kerja BMKG di Pusat maupun di Daerah;
Seluruh wilayah Indonesia secara Cepat, Tepat, Akurat, Luas dan Mudah di pahami.


Twitter : @infoBMKG
www.bmkg.go.id

Monday, December 21, 2015

REFLEKSI 2015


Andi Eka Sakya,

Kawan-kawan,
Catatan ini saya tulis pagi ini dalam perjalanan;
di tengah gerimis dan kemacetan;
dari Serpong ke Kemayoran.

Hari ini tradisi baru kita lakukan;
refleksi akhir tahun dalam wujud renungan;
kita bersama duduk di dalam ruangan; 
untuk secara jujur melihat tapak2 perjalanan.

Saya keliru jika dalam 5 tahun ini tidak mengalami kemajuan;
dari kenaikan belanja anggaran hingga fasilitas pendukung pekerjaan;
dari bangunan hingga perbaikan penghasilan;
dari pelaporan aset, kinerja dan hasil pemeriksaan keuangan;.

Apakah integritas dan etika, moralitas dan mentalita, serta budaya kerja tidak terungkit oleh kemajuan?;
atau justru terkikis oleh waktu yang berkejaran?;
kapankah terjawab kemajuan dan kelimpahan mengetuk hati yang dipenuhi rasa syukur dan keikhlasan?;.

Hari ini tradisi baru kita ciptakan;
yang lalu kita renungkan;
yang lewat kita jadikan pelajaran;
memperbaiki proyeksi dan capaian;
mewujudkan cita dalam sebuah perjalanan panjang;
agar melangkah secara lebih berkeyakinan dan berketetapan;
bahwa kita akan mampu menjalankan amanah yang diemban;
memajukan teknologi bangsa ditengah tantangan, godaan, keberingasan dan keserakahan, serta minimnya perhatian.

(AES, 21 Des 2015)




Monday, December 14, 2015

Spesifikasi Alat Harus Sesuai Alam Indonesia



JAKARTA (SK) – Fasilitas deteksi bencana milik Indonesia yang dioperasikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) harus memiliki kekhasan, dengan memperhatikan alam Indonesia.

Hal itu dikemukakan peneliti asal Korea Selatan, Hak Soo Kim, usai kunjungan kerja bersama peneliti lain dari 16 negara ke kantor BMKG, Jakarta, Rabu (9/12).

Dengan demikian, lanjut Hak Soo Kim, kecanggihan alat tersebut tidak bisa dibandingkan dengan milik Korea. Bahkan dengan negara mana pun di dunia.

“Korsel pernah memakai teknologi deteksi bencana, cuaca, dan iklim buatan Jepang. Namun, alat tersebut tidak dapat digunakan secara optimal di Korsel. Teknologi impor itu akhirnya harus dimodifikasi ulang, sesuai dengan karakteristik alam Korea,” ujar Kim yang juga co-Chair of International Organizing Committee/Fellow of Korean Academy of Science and Technology.

Ditambahkan, Indonesia merupakan negara yang sangat luas, tetapi memiliki fasilitas deteksi cuaca, iklim, dan bencana yang memuaskan.

Hal itu perlu dipertahankan guna kemaslahatan masyarakat, terutama informasi tentang kebencanaan.

Sementara itu, Manoj Kumar Patairiya, additional Director General of Broadcasting Corporation in India, mengutarakan, peralatan yang dimiliki BMKG sudah sangat canggih.

“Baru saja ada gempa besar di India. Saya mendapat informasi pertama soal gempa itu dari BMKG. Ini menandakan BMKG punya peralatan canggih,” kata Manoj.

Hak Soo Kim dan Manoj Kumar adalah peserta workshop SHER (Science, Health, Environtment and Risk) yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti.

Kepala BMKG, Andi Eka Sakya mengatakan, tingkat akurasi prakiraan cuaca dan iklim oleh lembaganya berada di level 75-80 persen. Data tersebut dinilainya sudah relatif cukup bagus.

“Akurasi prakiraan sebesar 75-80 persen ini sesuai dengan standar World Meteorological Organisation (WMO). Untuk meningkatkan akurasi hingga menjadi 90 persen masih terbilang sulit.

“Kami memiliki 35 radar di seluruh Indonesia. Kami juga dibantu satelit dari Jepang, NASA, Tiongkok, dan Korea. Dengan begitu, ada 179 stasiun dan ribuan pengukur hujan. Semakin rapat ketelitiannya, semakin bagus,” ucapnya.

Indonesia, lanjut Andi sakya, memiliki karakter iklim dan cuaca yang cenderung berbeda dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara maju.

“Interaksi lautan di atmosfer kita lebih kompleks dibanding negara daratan, termasuk Kanada, Amerika Serikat, atau Finlandia, yang cenderung dekat dengan utara atau jauh dari khatulistiwa,” katanya. (dwi)




Friday, December 11, 2015

Indonesia-Perancis akhiri kerjasama sistem informasi cuaca



Paris (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Perancis mengakhiri kerja sama pengembangan sistem informasi, terutama peringatan dini cuaca buruk yang telah berlangsung selama tiga tahun antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Meteo France Internasional atau BMKG-nya Perancis.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Presiden Meteo France, Patrick Benichou di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim di Le Bourget, Paris, Selasa waktu setempat menandatangani nota penutupan proyek kerja sama atau "closing project" tersebut.

Dalam pidatonya, Menlu mengatakan bahwa kerja sama tersebut digagas saat dirinya masih menjabat sebagai Direktur Jendral Eropa dan Amerika di Kementerian Luar Negeri pada 2012.

"Saya berharap, kerja sama ini tidak berakhir di sini, tapi akan ada kerja sama berikutnya yang bermanfaat untuk pengembangan sistem informasi cuaca di Indonesia yang harus beradaptasi dengan perubahan iklim," katanya.

Sementara Presiden Meteo France, Patrick Benichou dalam sambutannya mengatakan bahwa kerja sama yang dibangun antara BMKG dan Meteo France selama 2012 hingga 2015 telah mencatat sejumlah keberhasilan dalam pelayanan informasi cuaca.

"Terutama dalam mengembangkan sistem informasi yang digunakan untuk berbagai sektor, antara lain pertanian, perikanan dan transportasi," katanya.

Layanan informasi yang diberikan antara lain prediksi informasi cuaca harian, prediksi intensitas hujan, informasi titik panas hingga informasi titik api yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan.

Selanjutnya di bidang sistem peringatan dini klimatologi, layanan informasi yang tersedia difokuskan pada sistem peringatan dini cuaca buruk atau cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang.

Sementara Kepala BMKG, Andi Eka Sakya dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kerja sama antara Meteo France dan BMKG yang terjalin selama tiga tahun sangat penting dalam memodernisasi sistem informasi di BMKG.

"Sistem informasi peringatan dini cuaca buruk ini sangat penting karena angka kecelakaan di Indonesia menyebutkan bahwa 28 persen kecelakaan berkaitan dengan cuaca," katanya.

Ia mengatakan kerja sama tersebut difokuskan pada empat kegiatan yakni membangun 66 titik pengamatan cuaca yang bekerja otomatis, memasang alat di kapal-kapal untuk mengamati cuaca di laut.

Berikutnya, menganalisis dan memproduksi informasi cuaca dan kegiatan keempat adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.


Sumber : http://www.antaranews.com/berita/532681/indonesia-perancis-akhiri-kerjasama-sistem-informasi-cuaca | Pewarta: Helti Marini Sipayung | Editor: B Kunto Wibisono | Rabu, 2 Desember 2015 06:05 WIB | COPYRIGHT © ANTARA 2015



Peneliti Korea Akui Kecanggihan Fasilitas BMKG Milik Indonesia


Rimanews - Peneliti asal Korea Selatan, Hak Soo Kim, mengatakan fasilitas deteksi bencana milik Indonesia yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memiliki kekhasan untuk Indonesia sehingga perlu dikembangkan sesuai dengan bentang alamnya.

"Fasilitas milik Indonesia ini memiliki spesifikasi yang sesuai dengan karakteristik alam Indonesia. Dengan begitu, kecanggihannya tidak bisa dibandingkan dengan milik Korea, bahkan dengan negara manapun," kata Kim yang juga co-Chair of International Organizing Committee/Fellow of Korean Academy of Science and Technology saat berkunjung ke Kantor BMKG, Jakarta, Rabu (09/12/2015).

Ia mengatakan bahwa Korsel pernah memakai teknologi deteksi bencana, cuaca, dan iklim buatan Jepang. Akan tetapi, tidak dapat digunakan dengan optimal di Korsel. Teknologi impor itu akhirnya harus dimodifikasi sesuai dengan karakteristik alam Korea.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara yang sangat luas, tetapi memiliki fasilitas deteksi cuaca, iklim, dan bencana yang memuaskan. Untuk itu, hal ini perlu dipertahankan guna kemaslahatan masyarakat, terutama informasi tentang kebencanaan.

Sementara itu, Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan bahwa tingkat akurasi prakiraan cuaca dan iklim oleh lembaganya ada di level 75--80 persen dan sudah relatif cukup bagus.

Alasannya, kata dia, Indonesia memiliki beragam bentang alam di sekitar khatulistiwa yang terdiri atas lautan dan daratan.

Akurasi prakiraan oleh BMKG sebesar 75--80 persen ini sesuai dengan standar World Meteorological Organisation (WMO). Sementara itu, untuk menjadikan tingkat akurasi menjadi 90 persen terbilang sulit.

"Kami memiliki 35 radar di seluruh Indonesia. Kami juga dibantu satelit dari Jepang, NASA, Tiongkok, dan Korea. Dengan begitu, ada 179 stasiun dan ribuan pengukur hujan. Semakin rapat ketelitiannya, semakin bagus," papar dia.

Indonesia, kata Andi, memiliki karakter iklim dan cuaca yang cenderung berbeda dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara maju.

Ia mencontohkan Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Finlandia merupakan negara yang terbilang maju. Kendati demikian, kondisi iklim dan cuaca di negara-negara tersebut memiliki perbedaan yang mencolok dengan Indonesia.

"Indonesia berbeda dengan negara lain, misalnya, dibanding Singapura. Interaksi lautan di atmosfer kita lebih kompleks dibanding negara daratan, termasuk Kanada, Amerika Serikat, atau Finlandia, yang cenderung dekat dengan sangat utara (jauh dari khatulistiwa)," katanya.


Sumber : http://nasional.rimanews.com/peristiwa/read/20151209/249742/Peneliti-Korea-Akui-Kecanggihan-Fasilitas-BMKG-Milik-Indonesia | Editor : Akhmad Kholil | Sumber : Antara | 09 Desember 2015, 23:45.

Pakar Sains dan Komunikasi Dunia Kunjungi BMKG



WARTA KOTA, DEPOK - Sejumlah pakar sains dan komunikasi tingkat dunia dari beberapa lembaga diantaranya Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Association of Academies and Societies of Sciences in Asia (AASSA) serta Korean Academy of Science and Technology (KAST) melakukan kunjungan ke Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta pada Kamis (10/12).

Kunjungan ini juga didukung oleh Inter Academy Partnership (IAP) setelah sebelumnya mereka mengadakan lokakarya bertajuk SHER (Science, Health, Environment, and Risk) Communication: Role of S and T Communication in Disaster Management and Community Preparedness di Jakarta.

Kepala BMKG Andi Eka Sakya yang juga menjadi nara sumber pada loka karya tersebut menuturkan kunjungan para pakar sains dan komunikasi tingkat dunia ke BMKG ini sangat penting terutama dalam menerima masukan dari mereka agar BMKG lebih baik lagi dalam mengkomunikasikan iklim dan cuaca ke masyarakat.

Menurutnya fungsi komunikasi sangat penting dalam mengurangi risiko bencana akibat iklim dan cuaca.

"Komunikasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin penting untuk dipahami dan dipraktikkan oleh berbagai kalangan" kata Andi, Jumat (11/12).

Menurutnya komunikasi sains menjadi hal utama dalam mengantisipasi kerugian akibat bencana alam.

"Komunikasi sains ini amat krusial dalam hal bencana baik bencana alam, maupun perbuatan manusia. Komunikasi sains sangat berarti pada sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi," kata Andi.

Saat kunjungan ke kantor BMKG, menurut Andi, para pakar sain dan komunikasi peserta loka karya diajak melihat sistem peringatan dini cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami yang ada di BMKG.

Mereka juga diterangkan bagaimana BMKG melakukan pengamatan, pengelolaan data dan informasi, serta penyebaran peringatan dini dan informasi cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami.

"Dalam hal ini BMKG berperan dalam bidang komunikasi terhadap Informasi Cuaca dan Iklim dengan cara cepat dan mudah dipahami," kata Andi.

Para pakar atau peserta lokakarya yang mengunjungi BMKF tersebut berasal dari 16 negara, di antaranya China, Jepang, Korea, Sri Lanka, India, Rusia, Australia, dan Amerika Serikat.

"Kita juga berharap masukan positif dari pakar atas kunjungan mereka ini," kata Andi.(bum)


Sumber : 



Friday, December 4, 2015

Indonesia Gandeng Prancis dalam Bidang Penguatan Infrastruktur BMKG


Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI bekerja sama dengan Badan Meteorologi Prancis dalam penguatan infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud adalah alat pendeteksi cuaca ekstrem.

Kerja sama ini sebenarnya telah berlangsung selama lima tahun lalu dan saat ini sedang dijajaki untuk peningkatan pada sistem dan infrastruktur dari BMKG. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi saat bertemu Menlu Prancis Laurent Fabius di sela-sela KTT COP21 di Paris, Prancis, Rabu (2/12/2015).

"Kerjasama early warming system for extreme weather dilakukan antara BMKG dan Badan Meteorologi Prancis. Kerja sama berupa penguatan infrastruktur BMKG dan pengembangan kapasitas," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi kepada detikcom.

"Kerja sama ini juga mencakup antara lain modernisasi fasilitas meteorologi BMKG melalui pembangunan sistem ict, observasi dan sistem produksi terbaru untuk end user," lanjutnya.

Retno juga menambahkan melalui kerja sama ini, BMKG telah berhasil meningkatkan jangkuan jaringan observasi permukaan dan udara. Disamping itu BMKG juga telah memiliki sistem IT dan produksi standar WMO.

Hari ini direncanakan, Retno akan kembali ke Tanah Air usai mengikuti serangkaian acara KTT COP21 sejak tanggal 28 November. Sebelum kembali, Retno menyempatkan bertemu dan beramah tamah dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Prancis di KBRI Paris.

(yds/slm)



Sumber : http://news.detik.com/berita/3085993/indonesia-gandeng-prancis-dalam-bidang-penguatan-infrastruktur-bmkg | Rabu 02 Dec 2015, 14:00 WIB | Yudhistira Amran Saleh – detikNews