Thursday, November 26, 2015

BMKG Terus Perbaiki Tingkat Prakiraan Cuaca



JAKARTA (SK) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berupaya memperbaiki tingkat prakiraan cuaca dan iklim yang diperlukan berbagai instansi dan kalangan masyarakat.

Terkait dengan itu, BMKG kali menyelenggarakan suatu work shop yang dinamakan implemetation plan dari Years of the Maritime Continent.

“Kegiatan ini adalah kegiatan penelitian bersama, yang dilakukan khusus untuk meningkatkan pemahaman, dan juga memperbaiki tingkat prakiraan cuaca dan iklim, terutama di Benua Maritim yakni di Indonesia,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya dalam keterangan pers di sela-sela persiapan kegiatan Years of the Maritime Continent, di Kantor BMKG, Selasa (24/11).

Andi Eka menjelaskan, kegiatan Years of the Maritime Continent akan dilakukan tahun 2017-2018. Persiapan ini sudah dilakukan tiga kali sejak awal 2015 yakni di Jakarta, Singapura dan kini di Jakarta kembali.

“BMKG diminta menjadi koordinator. Sampai saat ini, aktifitas ini sudah diikuti peserta dari sebelas negara yakni Autralia, China, Jepang, Jerman, Filipina, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, Taiwan, Perancis dan tentu saja Indonesia,” katanya.

“Dari Indonesia sendiri, BMKG bekerja sama dengan BPPT, LIPI dan LAPAN,” kata Andi. Selain badan dan lembaga itu, BMKG juga melibatkan peneliti nasional dari KKP, BIG, P3GL, Kemenristek Dikti, Kemenkomar, dan kalangan universitas. Bersama peneliti dari negara-negara asing, mereka akan melakukan kajian di wilayah Marine Continent meliputi darat, laut dan udara.

Menurut Andi Eka, kegiatan bersama Years of The Martime Continent ini banyak manfaatnya bagi Indonesia. Terutama bagaimana memahami bagaimana interaksi iklim dan atmosfir di Indonesia, terutama dilihat dari segi aktifitas maritim. Ini sejalan dengan program pemerintah mewujudkan poros ma­ritim. Kemudian yang kedua, adalah capacity building tentu saja dari segi sumber daya manusianya. Dan yang ketiga, selain memperbaiki bagaimana memprediksi, BMKG juga ingin memperbaiki mutu dari sistem peringatan dini berbasis risiko.

Yang keempat, bersama-sama melakukan kegiatan penelitian di Indonesia sebagai bagian dari penelitian kita. ini suatu gerakan yang bagus.

Lebih lanjut Andi Eka menjelaskan, Benua Maritim Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak pada posisi strategis. Diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). serta dilalui garis khatulistiwa (ekuator).                

Posisi tersebut menjadikan BMI sebagai generator cuaca untuk wilayah Belahan Bumi Utara maupun Selatan. Posisi yang unik ini membuat BMI menjadi daerah yang mengalami berbagai variasi cuaca khas daerah tropis, baik skala regional yaitu Madden Julian Oscillation (MJO), Dipole Mode (DM), Quasi Bieenial Oscillation (QBO), Tropospheric Biennial Oscillation (TBO), Monsun Asia dan Australia serta fenomena skala global seperti El Nino Southern Oscillation (Enso).

Selain itu terdapat pula Indonesia Troughflow (ITF) yang merupakan sirkulasi arus laut yang sangat pen­ting, tidak hanya bagi Samudera Hindia dan Pasif, juga bagi Samudera Atlantik.

Kompleksnya variasi cuaca yang terjadi di BMI,membuat Global Climate Model (GCM) dan Numerical Weather Prediction (NWP) di wilayah Indonesia dianggap kurang maksimal untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada. Oleh karena itu diperlukan studi lebih lanjut untuk menjawab tantangan tersebut. (dwi)





0 comments: