Monday, November 30, 2015

BMKG Kirim Tim Peneliti ke Antartika-Puncak Jaya


indopos.co.id –  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengirimkan enam penelitinya ke Antartika dan Puncak Jaya, Papua. Tujuannya untuk memahami pengaruh laut terhadap kondisi iklim dan cuaca Indonesia.

Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Lebih dari 70 persen wilayahnya merupakan wilayah lautan. Iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sirkulasi monsoon panas Autralia yang terjadi pada April hingga September dan sirkulasi monsoon dingin Asia yang terjadi pada Oktober hingga Maret. ”Ini menyebabkan pemahaman terhadap kondisi laut menjadi sangat penting, mengingat Indonesia dipengaruhi oleh Samudera Pasifik dan Hindia,” ujarnya.

Dua peneliti BMKG, Wido Hanggoro dan Kadarsah, kemarin melakukan pelayaran menggunakan kapal riset ke Stasiun Meteorologi Davis di Kutub Selatan. Mereka bergabung bersama dengan Tim Ekspedisi Bureau of Meteorology (BoM) –Australian Antarctic Division (AAD). Dalam perjalanannya, tim tersebut akan mengumpulkan dan menganalisis data kondisi laut menggunakan berbagai alat dan data observasi. ”Simulasi model meteorologi resolusi tinggi dan pengamatan udara atas menggunakan Light Detection and Ranging (LIDAR) akan difokuskan di Stasiun Meteorologi Davies,” ujar Andi.

Bersamaan dengan dua peneliti tersebut, BMKG juga memberangkatkan empat peneliti lainnya yakni, Dyah Lukita Sari, Ferdika A. Harapak, Najib Habibie, dan Donny Kristianto ke Puncak Jaya Papua. Tim melakukan ekspedisi penelitian untuk memahami dampak pemanasan global di wilayah khatulistiwa. ”Penelitian ini merupakan kerja sama BMKG dengan Ohio University, Colombia University dan Freeport yang dilakukan untuk ketiga kalinya sejak 2010,” ujar Andi.

Rangkaian ekspedisi penelitian tersebut merupakan program penelitian dan sekaligus menjadi “batu-tapak” kontribusi Indonesia terhadap pemahaman dinamika iklim secara global. Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya. Langkah kebijakan ini juga menjadi bagian dari keberpihakan BMKG dalam bidang penelitian dalam mendukung upaya peningkatan pelayanan meteorologi, klimatologi dan geofisika, serta peningkatan SDM Indonesia.

Andi berharap hasil penelitian dari kedua ekpedisi tersebut akan menjadi sumbangan yang sangat berharga secara global. Hasilnya diharapkan memberikan pemahaman hubungan telekoneksi iklim antara wilayah tropis dengan antartika. ”Kedua ekspedisi tersebut merupakan masukan berharga bagi rangkaian penelitian 2017–2019. Pada 2017–2019 merupakan Tahun Benua Maritim atau Year of Maritime Continent (YMC) dan Year of Polar Initiative (YPI) di Antartika,” ujarnya.

Untuk itu, sebelum pelaksanaan kedua ekspedisi tersebut, BMKG melakukan program terkait kemaritiman di antaranya melalui kerja sama BMKG, BPPT dan NOAA-USA, dalam Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis (Indonesia Prima) berupa ekspedisi pelayaran ke Samudera Hindia dengan memanfaatkan Kapal Baruna Jaya I pada 16 April–15 Mei 2015. (dni)






0 comments: